Berdamai dengan Jiwa
Terkadang kita merasa ingin berbuat sesuatu, namun disisi lain sesuatu membisik untuk melakukan hal lain atau bahkan sebaliknya. Membuat kita meragu untuk melakukan sesuatu. Perang perasaan.
Hal itu wajar, kok. Pasti semua orang juga merasakannya dan mengalaminya. Tapi, bagaimana jika perang perasaan ini membuatku salah mengambil keputusan? Keputusan untuk menetapkan bagaimana sifatku, kepribadianku, dan tindakanku.
Aku belum berdamai dengan perasaanku. Isi hatiku. Mereka seperti beberapa jiwa dengan isi kepala yang berbeda-beda yang menjadi satu. Aku hanya ingin menjadi orang baik yang suka berbagi dan tidak suka mencelakakan orang. Seseorang yang pantas untuk dijadikan teman atau menjadi wadah untuk berkeluh kesah atau cerita-cerita kecil. Aku hanya ingin menjadi orang yang berguna.
"Jangan menjadi terlalu baik." Kata seorang temanku, "Jahat sedikit tidak apa-apa, daripada akhirnya kamu menderita karena telah terlalu baik kepada orang yang salah."
Ah, aku teringat kata-kata itu. Sering. Pada akhirnya aku berpikir, aku tidak berbuat salah tapi mengapa beberapa orang tidak menyukaiku? Aku tidak membuat keributan, tapi mengapa mereka membicarakan dan memfitnahku? Ketika aku diam dan cuek, mereka semakin menjadi-jadi. Ketika aku membalas, mereka membuat balasan itu sebagai bahan untuk menyebarkan kebencian.
Jika menjadi baik salah, apalagi menjadi jahat, lalu apa yang benar versi mereka?
Perang perasaan memang belum usai, tapi setidaknya dengan berbagai pengalaman yang telah berhasil aku lalui, aku cukup bisa mengendalikan peperangan itu. Aku memang belum sepenuhnya berdamai, tapi aku cukup bisa menahan agar tidak menjadi lebih buruk lagi. Aku yakin akan berdamai dengan jiwaku, suatu hari nanti, dengan menjadi diriku sendiri.
#JejakWarnaWritingChallenge #GetCloserToMe #Day5
Komentar
Posting Komentar